Kamis, 17 November 2011

Opini tentang dunia maya yang bukan dunia mayat

Salam (bukan) super apalagi pakai man....

Yach..sekedar corat-coret eh ketak-ketik aja. Mungkin bermanfaat mungkin juga tidak. Jika bermanfaat silakan baca lalu komen, jika tidak ya buka situs lain tapi komen dulu lebih baik....:)

Yap. Langsung saja. Siapa sih yang tidak kenal dengan jalinan pertemanan dunia maya ? Sejak era Friendster (jejaring sosial pertama yang saya ikuti) yang di 'kudeta' oleh Facebook, bermunculan situs-situs pertemanan maya. Entah produk luar, entah produk lokal (produk lokal juga ada...yang karya anak SMP). 

Esensinya, semua sebenarnya sama. Membuat jalinan pertemanan, entah itu sudah kenal secara fisik (mungkin teman jaman TK/SD/SMP/SMA atau bahkan teman kuliah dan atau mantan kekasih/mantan selingkuhan...wkwkwkw) atau bahkan sama sekali belum kenal. Bedanya, di jejaring sosial ini tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Yang penting akses Internet saja dan punya akun salah satu jejaring sosial.

Nah, beberapa pengalaman sendiri dan orang lain yang saya dapat dari cerita orang tersebut atau pun berita di media, misalnya :

  1. Tertipu. Bukan judul lagunya Nugie, tapi memang tertipu. Entah materi entah perasaan. Terakhir adalah tertipunya seorang dokter wanita di Sleman (mungkin karena mengalami euforia dapat kenalan bule atau karena kekurangtahuan tentang etika ber Internet). Dia rela melakukan chat with kamera (menggunakan Skype) dengan pose yang diminta partner bulenya itu. Disuruh melongo...mau, disuruh nari..mau..bahkan disuruh bugil dengan aksi yang diinginkan sang bule juga mau. Sampai mentransfer sejumlah uang dengan iming-iming barang juga mau....alhasil deh, kosong semua. Baca di sini. Mungkin yang konyol adalah tertipunya seorang hidung belang yang memesan PSK dari Facebook. Saat dibuka profilnya memang seorang perempuan, cantik, putih dengan keseksian yang tidak kalah dengan Syahrini. Terjadilah deal melalui nomer yang memang diberikan di profil perempuan itu dan disepakati transaksi dilakukan disebuah hotel di Jogja. Kenyataannya, yang datang adalah seorang perempuan dengan kulit hitam dan (menurut dia) wajahnya menghilangkan nafsu syahwatnya yang telah meninggi saat menunggu.
  2. Perselisihan. Pertemanan di dunia maya ternyata bisa merembet pada perselisihan relasi dunia nyata..bukan hanya rusaknya pertemanan, tapi sampai pada rusaknya hubungan cinta (pacar bahkan rumah tangga). Di sebuah kota di Jawa Tengah, sebuah contoh kasus kecil dimana sang suami harus berurusan dengan kepolisian karena merasa istrinya diganggu oleh teman di facebooknya, lalu terjadi 'penculikkan fajar' (kaya film Serangan Fajar) yang diakhiri dengan penganiayaan terhadap teman istrinya itu.
  3. Perjodohan. Nah, ini yang happy ending. Selamat deh yang akhirnya menemukan jodoh lintas kota, lintas pulau bahkan lintas benua...tentunya dengan pertimbangan yang lebih karena partner yang akan diajak berelasi serumah seumur hidup tidak dikenal secara fisik.
  4. Bisnis. Ada yang baik ada yang menipu. Pintar-pintar saja melakukan transaksi atau jujurlah untuk berbisnins melalui sistem on line. Yang pasti, online shop barang elektronika dan gadget masukkan dalam daftar hitam kecuali sistemnya ada barang, ada uang ada orang (bahasa Jawanya cash on demand)
Dan masih banyak contoh lagi baik negatif maupun positif. 

Ada beberapa hal yang mungkin dilupakan atau tidak disadari oleh para onliners yang berkomunikasi di jejaring sosial. Beberapa diantaranya :
  1. Terekspos. Memasang status yang bersifat pribadi yang sebenarnya tidak perlu di ekspos. Misalnya, kesal dengan orang tuanya karena tidak diberi apa yang diminta, atau memaki pasangan (pacar/suami/istrinya) di status/ocehan twit-twit. Masa seluruh dunia diberi tahu kalau orang tuanya bangsat ? Tega ? Baru tidak dibelikan hp/laptop saja sudah begitu....
  2. Masuk ke dalam komunitas. Ingatlah, bahwa dengan memiliki teman yang dikenal secara fisik maupun hanya maya, kita sudah masuk ke komunitas. Relasi di dunia maya esensinya tidak jauh beda dengan dunia nyata. Jangan tersinggung saat kita memposting  sesuatu yang tidak layak, lalu ada yang mengingatkan kita. Budaya Barat dan Timur masih bisa dirasakan. Ada contoh seorang pelajar dari sebuah sekolah di Jogja. Kadang rajin memposting kata-kata inspiratif dari ayat kitab suci, namun kadang memposting cacian. Saat diingatkan, jawabannya mencerminkan kelabilan mentalnya. "Siapa elo ? Reseh !!!"
  3. Tidak perlu kenal fisik. Ya, pemikiran saya bahwa dunia maya tidak perlu kenal fisik. Jika di dunia nyata kita diajar untuk bertemanlah sebanyak-banyaknya, dari latar belakang apa pun, dari tempat mana pun. Apa salahnya berteman di dunia maya dengan banyak jumlahnya. Saya kenal atau tidak toh bukan masalah. Inilah Internet. Kalau hanya berteman dengan teman-teman kerja, teman-teman sekolah/kuliah dulu....ngapain pake Internet ? Mending pake kentongan....
  4. Kejujuran. Walau harus dengan bijak untuk memberikan data pribadi, paling tidak untuk data-data yang universal (kota asal, kota tinggal atau profesi) tidak perlu dipalsukan. Tinggal di Wonosari, nulisnya di Paris. Kenapa gak sekalian di Somalia saja bareng dengan perompak. Sekolah di Klaten, nulisnya di Michigan University.
  5. Waspada. Kadang terpesona dengan postingan seseorang yang bijak dan menginspirasi. Kalau sebatas dengan postingannya pasti aman. Tapi sampai terpesona buta dengan yang memposting ? Wah ini bahaya jika tidak hati-hati. 
Mungkin benar mungkin tidak opini-opini tersebut. Tapi paling tidak intinya adalah BIJAKSANA dalam mengapresiasi situs-situs jejaring sosial. Baik buruknya bukan oleh akibat, tapi oleh penggunanya. Haram atau tidaknya bukan karena efek, tapi niat pengguna itu sendiri yang menentukan.

Maaf jika ada yang tidak berkenan. Atau jika ada yang mau menambahkan/koreksi...silakan. Dengan hati terbuka eh...maksudnya dengan lapang dada walau kerempeng akan saya terima.

Salam.


1 komentar:

  1. Setuju .
    Tapi banyak juga org yg terlalu semangat di dunia maya sampe lupa kalo masih satu bumi sama orang lain.

    BalasHapus