Alkisah, di sebuah desa dalam suatu kerajaan...hiduplah sepasang muda-mudi. Pemudanya ganteng dan pemudinya adalah kembang desa yang masuk kategori tercantik di kabupaten. Mereka adalah sepasang kekasih. Suatu hari, pemuda demi masa depannya merantau bersama sahabatnya ke lain kota yang terpisah oleh sungai yang lebar dan gunung yang tinggi dari tempat asalnya. Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, kedua calon mertua dan tentunya dengan sang kekasih (tanpa farewell party sih), pergilah dia merantau. Dan jadi anak kos.
Seminggu, sebulan, setahun...selalu kabar baik yang diterima. Hingga suatu hari, sang pemudi menerima kabar bahwa pujaan hatinya sakit keras.
Sang pemudi dalam keadaan tidak mampu (secara finasial) untuk menyusul kekasihnya. Ladang orang tuanya terkena hama, sehingga panen gagal. Calon mertua (orang tua pemuda) juga mengalami hal serupa dan tidak mungkin dia meminta ongkos ke mereka. Hingga datanglah seorang teman baiknya (laki-laki). Dia menceritakan kegelisahan hati. "Saya bisa membantumu, saya adalah temanmu" sahut temannya tersebut. "Benarkah ?" gembira hati pemudi itu. Lanjut temannnya"Benar, tapi ada syaratnya". "Syarat apa pun akan kupenuhi asal aku bisa bertemu dan merawat kekasihku",kata pemudi. "Baik, syaratnya kamu tidur denganku",kata sang 'teman'. PLAK !!! Tamparan keras mendarat di pipi sang 'teman'. Pemudi itu berlari sambil menangis. Tega nian seorang teman membantu dengan syarat yang dia anggap keterlaluan. Semalaman pemudi itu mengurung diri di kamarnya, merenung dan memikirkan ulah 'teman'nya itu. Hingga sutu pagi, pemudi memutuskan menerima tawaran 'teman'nya itu.
Minggu berikutnya, pemudi sampai di depan kos kekasihnya diantar 'teman'nya yang langsung cabut kembali ke desa. Dengan sepenuh hati dan rasa sayang, dia merawat kekasihnya. Tentunya dengan segala keterbatasan. Bahkan, jika malam dia selalu berjaga sekedar memastikan tidur kekasihnya tanpa hambatan. Benar kata orang bijak, cinta adalah obat paling mujarab untuk segala macam penyakit. Berangsur-angsur keadaan pemuda itu membaik dan akhirnya sembuh dan bisa bekerja lagi.
Sampai suatu saat, sang pemudi harus kembali keesokkan harinya. Malam hari sebelum perpisahan, sang pemudi menceritakan segala kisah yang dilalui di desa sampai kisah dia bisa berada di samping kekasihnya itu saat ini. Alangkah terkejutnya sang pemuda, antara marah, benci dan jijik menjadi satu. Mengusir segala rasa cinta dan segala pengabdian yang telah dilakukan pemudi itu selama dia sakit. Diusirnya kekasihnya itu dengan segala caci maki dan hinaan.
Alangkah sedih dan sangat terluka hati sang Pemudi. Pengorbanannya berbuah hancurnya hubungan dengan kekasih.
Di lorong kota, bertemulah dia dengan sahabat kekasihnya. Dia ditampung di rumahnya, dan dengan segala hormat diantarkannya pemudi itu kembali ke desa. Diantar ? Tunggu dulu, sahabat itu ternyata juga melamar sang pemudi. Selama ini, dia memendam rasa cinta terhadap pemudi itu, dan berjanji akan menunggu sampai kapan pun.
Dia tidak peduli dengan kondisi pemudi itu. Masa lalu bagi dia hanyalah sejarah. Dan.....bahagialah mereka membina rumah tangga, sementara di kota...mantan kekasihnya masih sibuk mencari ke'sempurna'an.
Mungkin ada yang pernah mendengar cerita ini. Saya mendapatkan cerita ini di acara retret dengan teman-teman dari kampus. Nilai yang saya dapat adalah bahwa manusia bukan AMDK (air minum dalam kemasan) yang di segelnya tertulis JANGAN DITERIMA BILA SEGEL RUSAK, teman akan membantu segala kesulitan kita tanpa ada kata TAPI, cinta bisa hadir dari sisi yang tidak kita duga sebelumnya....TIDAK ADA MANUSIA YANG SEMPURNA teman...
Ada yang menafsirkan lain ? Silakan...